“Maaf
bu, bapak ada rapat mendadak. Meeting hari ini ditunda.” Suara halus seorang
perempuan muda menyapa disebrang sana melalui sambungan smartphone. Lebut memang suaranya tapi tetap saja membuat hatiku
kesal dengan pembatalan mendadak ini.
Hanya tinggal beberapa menit saja
aku sampai Sarinah, tempat disepakatinya
meeting hari ini. Puluhan kilo meter aku tempuh untuk menepati janji dengan
relasi bisnisku, dengan ringannya dia membatalkan. Aku meruntuk dalam hati. Kesal
luar biasa. Kalau mau membatalkan kenapa tidak dari sebelum aku berangkat? Runtukku.
Dia kan tahu kantorku jauh dari pusat kota Jakarta. Aku menggerutu panjang
lebar. Aku memutar balik di bundaran HI dengan hati jengkel. Belum lagi
meninggalkan bundaran HI, tiba-tiba ku dengar suara DUAAR, seperti bunyi
petasan tapi lebih besar. Entahlah.
Beberapa menit kemudian dari
radio yang selalu menemaniku disepanjang
perjalanan, terjadi bom bunuh diri di seputaran Sarinah. Gusti, seketika aku
lemas. Penyiar menyebutkan sebuah restoran yang sedianya akan kami jadikan
tempat meeting dengan relasi ku, dijadikan tempat bersembunyinya teroris.
Terimakasi ya Allah…