Selasa, 22 Desember 2015

WANITA TUA YANG MENGAJARI UMAR

     
   
 Bencana kelaparan hebat melanda wilayah Arabia Utara pada abad 18 H. Kalifah Umar bin Khottob melewati hari-harinya tanpa istirahat dan tidak bisa tidur memikirkan cara menanggulangi bencana tersebut. Ia bersumpah tidak akan menyentuh susu dan mentega sampai kelaparan berakhir.
      
     Bencana itu disusul dengan wabah sampar mematikan yang menyebar di Syiria. Khalifah Umar mengambil untanya dan berangkat ke Syiria untuk melihat langsung kondisi rakyatnya. Dalam perjalanan pulang dari Syiria, Umar melihat sebuah tenda kecil yang menarik perhatiannya. Ia melihat seorang wanita lanjut duduk di pintu tenda itu.
Khalifah Umar menyapa,
     “apakah anda tahu tentang khalifah Umar?”
     “Ia sedang dalam perjalanan pulang dari syiria ke Madinah, “ jawab si wanita
     “Apa lagi yang perlu engkau ketahui?”tanya Umar lagi dengan nada menyelidik
     “Apa lagi yang perlu diketahui dari orang jahat itu? Biarkan dia pergi ketempat     anjing-anjingnya.”
     “Mengapa begitu, wahai ibu?”
     “Mengapa tidak? Dia tidak memberi kami apa-apa hingga sekarang,”jawab si wanita ketus.
      “Tetapi bagaimana ia bisa tahu segala sesuatu yg terjadi di wilayah yg jauh ini?”
      “Jika dia tidak bisa tahu kondisi rakyatnya mengapa ia masih tetap menjabat sebagai khalifah?”
      Khalifah Umar tergugah hatinya. Ia memberi hormat kepada wanita itu seraya berkata dari lubuk hatinya,”ibu,anda telah memberi Umar pelajaran.”

      
     Bagaimana dengan kita??? belum banyak kebaikan yang kita tanam, belum banyak kontribusi yang kita persembahkan kepada masyarakat, tapi betapa angkuhnya kita ketika dikritik oleh orang lain. Jantung kita berdegup puluhan kali lipat lebih cepat, perasaan marah menjalari diri kita. Dan pada akhirnya mengantarkan kita pada sikap-sikap tak elok. Marah, memboikot, menyerang kembali pemberi kritik dan tindakan-tidakan tak elok lainnya. Bahkan banyak yang kemudian memutuskan silaturrahmi, tak ingin lagi bertegus sapa dengan pemberi kritik.
     Duhai jiwa kita yang masih biasa-biasa saja, mengapakah sulit menerima perbedaan, mangapa sulit menerima kritikan??????

     Lihatlah Umar, walaupun dapat dengan mudah melampiaskan kemarahannya kepada wanita tua itu, namun Khalifah Umar tidak melakukannya. Padahal kita tahu bagaimana perangai Umar dimasa Jahiliyyah, seorang yang kuat dan arogan. Bahkan ketika masuk Islam, Syetan saja takut dengan kegagahan, ketegasan dan keberaniannya.

     Umar adalah sosok pemimpin yang mampu terbuka hatinya, besar jiwanya, sehingga Nasihat dari siapapun, kalau didalamnya kebenaran,  maka diterima. Meski dari wanita tua awam sekalipun. Hatinya tidak tertutupi oleh gengsi sebagai penguasa. Seorang yang membuka hati akan mampu menangkap hikmah dan bersikap bijak. Ia tidak terpancing atau reaktif. Tindakannya adalah aktualisasi nilai utama dari kemuliaan dan ketinggian akhlaqnya.

     Yuk belajar menjadi bijak dan berreaksi elok. Ajak saudara dan teman-teman untuk melakukannya, agar lebih mudah dan dapat saling mengingatkan. Siapa lagi yang mau merubah lingkungan kita kalau bukan dari kita. 

Note: jika Anda wanita dapat berlatih bersama kami dalam komunitas khusus wanita TWI ( Tunas Wanita Indonesia ), kirimkan no Whatsapp dalam komentar di bawah.

0 comments: