Dengan terengah-engah setelah lari tunggang langgang, aku
bopong gadis kecil 9 tahunan itu dari halaman sebuah sekolah. Kuserahkan pada
bu guru yang berkomentar ringan,
“jatuh ya…..”
komentar yang tak kuharapkan.
komentar yang tak kuharapkan.
“Tenang ya, kamu akan
baik-baik aja sayang.” Ucapku menenangkannya, sambil memeriksa kalau-kalau ada
luka dibagian tubuhnya.
Sedih. Bukan semata-mata karena jatuhnya anak ini
Masygul.Bukan juga karena harus tertunda kepergianku sebentar
untuk membopong gadis itu.
Sedih
campur kesal campur marah melihat reaksi para ibu yang sedang asik duduk-duduk
sambil ngobrol dan hanya berteriak. “kasian!”
***
Bermula
dari kejadian dipagi yang indah ini,
saat aku menyiapkan kendaraan untuk pergi ke rumah sakit dalam rangka
general check up. Seperti biasa, karena persis didepan rumah ada sebuah yayasan
pendidikan maka setiap pagi ramai pengantar siswa-siswi yang bersekolah disana.
Sebagiannya langsung pergi meninggalkan putra-putri mereka, dan banyak pula
yang tetap tinggal, terutama orangtua murid kelas 1 dan 2. Dan sebagian
besarnya adalah para ibu.
Suasana
senin yang meriah, siswa-siswi berlarian untuk melaksanakan upacara bendera. Para
guru sibuk menenangkan dan mengatur siswa-siswinya.
Aku senang mengamati kesibukan
disekolah itu disetiap pagi, selalu ada yang bisa dipelajari, selalu ada yang
bisa dijadikan bahan untuk perbaikan diri.
Pandanganku terpaku pada gadis
kecil yang kesulitan berjalan, kakinya timpang. Dan tiba-tiba saja terjadi hal
yang mengejutkan para orangtua siswa yang sedang duduk-duduk sambil ngobrol tak
jauh dari para siswa yang hendak menlaksanakan upacara. Gadis kecil itu jatuh. Sontak
terdengar teriakan “aduh” beberapa ibu dan kini semua mata kaum ibu memandang
iba padanya, tanpa ada yang tergerak untuk datang menolongnya, jarak mereka
hanya 1-2 meter saja.
Aku reflek berlari meninggalkan kendaraanku
yang sedang kusiapkan di dpn halaman
rumah, membopong gadis kecil yang kesakitan dan mulai menitikkan airmata. Diiringi
tatapan para ibu, entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Aku berlari dari
luar gerbang sekolah, melewati deretan ibu-ibu, sayup aku dengar,” kasian tuh
anak, udah jalannya susah eh jatuh lagi…”
Oh ya Allah ya Tuhanku, Memang Hanya
sedikit luka ditubuhnya, tapi luka bathinnya jauh lebih besar aku rasa.
***
Belakangan
sepertinya kita kesulitan menemukan pribadi-pribadi yang memiliki empati yang
tinggi. Yang tidak menghitung untung rugi ketika harus bertindak untuk orang
lain, yang tidak memilah-milah ketika melakukan pertolongan. Yang tidak perlu
berpikir lama ketika hendak menolong. Menolong tidak hanya karena satu suku,
menolong bukan karena dari golongannya, menolong bukan sebab pernah ditolong
olehnya. Menolong karena panggilan hati.
Mungkinkah? Bisakah?
BISA dan HARUS BISA!!
Yuk kita memulainya dari diri
kita sendiri, mengubah perilaku kita saat dirumah maupun saat berada diarea
publik. Menumbuhkan rasa cinta pada diri dan sesama kita, dengan hal-hal ringan
seperti:
- Mendoakan orang lain, untuk kebaikan mereka dan keluarga mereka tanpa mereka ketahui
- Mengunjungi orang-orang yang jauuuh kurang beruntung dibandingkan kita, secara fisik maupun secara materi.
- Mendengarkan keluhan orang-orang yang sedang ditimpa musibah tanpa menyelanya, lalu berusaha memberikan solusi.
- Minta dimampukan oleh Allah SWT, agar dapat memberikan manfaat pada sesama.
semoga Bermanfaat
Salam THE BEST
mbak Niek
* jika artikel ini bermanfaat, silahkan di share, dengan menyebutkan sumbernya.
0 comments:
Posting Komentar