Pagi masih berkabut
ketika seorang ibu muda dengan membawa kedua anaknya mengetuk pintu sebuah
rumah.
“Assalamu’alaikum……” teriak ibu muda sambil sesekali
mengetuk pintu ukiran yang tinggi menjulang, mewah.
“Assalamu’alaikum….” Teriaknya lagi demi tak mendengar
tanda-tanda tuan rumah menjawab salamnya.
“Sabar bu…” anak perempuan yang lebih muda dari antara kedua
anak yang dibawanya itu
mengingatkan.
Rumah Besar di depannya tampak gagah, “kapan punya rumah
bagus kayak gini.” Gumamnya.
Tak sempat
berlama-lama melamunkan keinginanya, sampai tiba-tiba terdengar bunyi
kaki melangkah dibalik pintu dalam rumah tersebut. Seorang wanita muda
membukakan pintu rumah besar itu. Raut mukanya menampakkan keheran, melihat
ketiga orang yang berdiri mematung di depan pintu.
“Wa’alaikumussalam….silahkan masuk.” Sapanya sambil membuka
pintu lebar-lebar, “silahkan duduk.” Lanjutnya lagi sambil menunjuk
deretan kursi di ruang tamu tersebut.
Ramah sekali orang ini, belum kenal sudah mempersilahkan masuk, gumam ibu
muda.
Dengan agak malu-malu campur kikuk ibu muda dengan kedua
putrinya melangkah masuk dan duduk dikursi empuk diruangan itu.
“mau bertemu dengan ibu?” sapa wanita muda yang
mempersilahkannya masuk,”sebentar ya, ibunya sedang keluar sebentar mengantar
tamu.” Jelasnya,”ibu dan adik-adik mau minum …….?”
“oh ga usah repot-repot” ibu muda itu menyela.
Tanpa mendengarkan penolakan ibu muda itu, perempuan muda yang adalah
pembantu di rumah itu meninggalkan tamunya, bergegas kedapur untuk menyiapkan
minuman. Tak berapa lama ia sudah keluar kembali keruang tamu dengan senampan
minum dan cemilan.
“Ibu mengantar tamu kemana?”ibu muda mulai membuka
percakapan dengan pembantu nan ramah itu.
“Kebandara, ada tamu dari luar kota yang menginap semalam
disini bu.” Jawabnya, “ibu tidak keberatan kan menunggu, yah paling lama
setengah jam kok.” Timpalnya lagi
“oh ga apa….ini anaknya ibu?”Tanya ibu muda itu, ketika tiga
orang anak-anak kecil berumur kira-kira 6-7 tahunan melintasi ruang tamu dan
dengan santun menghampirinya untuk menyalami.
“mereka anak asuh ibu, ada sepuluh anak yang tinggal disini.
Kalau Anak kandung ibu ada 4, yang 2 ikut ke bandara, yang dua lagi boarding
school.”terangnya
“Oh, suami ibu kerja dimana? Hebat ya sampai punya rumah
besar begini.” Ada sedikit iri ketika mempertanyakan itu. “Maaf kalau
pertanyaan saya kurang berkenan.”
“Oh tidak apa apa,
ibu sering kok dapat pertanyaan seperti itu, saya yang sering menerima tamu
juga sering dapat pertanyaan begitu. Tidak apa. Karena seringnya tamu
mempertanyakan suami ibu, maka saya juga diizinkan cerita tentang kehidupan
ibu.”
Perempuan muda itu sepertinya sangat terlatih menerima tamu, tutur katanya halus, tindak tanduknya juga sopan. Wah, kalau pembantunya saja sopan, bagaimana dengan pemilik rumahnya. gumam ibu muda.
“Ibu single parent , sejak 12 tahun lalu.” Mata ibu muda itu
terbelalak demi mendengar penjelasan wanita itu. “Bapak meninggal karena sakit
saat anak-anak ibu masih kecil-kecil.”
Mengalirlah sebuah cerita yang tidak pernah diduganya sama
sekali.
Seorang ibu dengan 4 anak yang masih dibawah umur, 8
bulan, 2 tahun, 4 tahun dan 5 tahun.
Suaminya meninggal karena kanker ganas, seluruh harta habis untuk pengobatan
suaminya, bahkan rumah satu-satunya yang mereka miliki harus rela dijual untuk
membayar hutang rumah sakit. Tinggal dirumah petak kontrakan dengan 4 anak yg
masih kecil-kecil. Ditahun pertama
setelah suaminya meninggal ia merelakan dirinya berjualan kue keliling disore hari, pagi harinya mengambil
pekerjaan cuci pakaian dari
tetangga-tetangga yang kaya dan dikerjakan dirumah kontrakannya. Rasa malu ia
buang jauuuuuh. 8 tahun merasakan pahitnya dilecehkan, dipandang hina dan
pedihnya menafkahi 4 anaknya. Tidak ada saudara yang mendekat, apalagi
membantunya. Namun kegigihan dan semangat pantang mengeluh, mengantarkan sebuah
peluang yang membawanya pada posisi seperti saat ini. Menjadi pengusaha wanita
yang kaya dan dermawan. Hampir semua penduduk kota mengetahui kemasyhuran kedermawanan pengusaha wanita ini. Beliau sangat mudah memberi bantuan. bahkan dengar-dengar, setiap orang yang datang meminta bantuan tak pernah ditolaknya.
Ibu muda ini bergetar
mendengar penuturan wanita didepannya.
Ya Allah ia datang kerumah ini, untuk mengeluhkan keadaanya yang baru 8 bulan
lalu ditinggal suaminya. Ia datang kesini ingin mengadukan nasibnya pada ibu
Dermawan, bahwa ia mulai sulit membayar uang sekolah. Ia datang kesini
mengharap uluran tangan ibu dermawan membantu keuangannya.
Duh, ia malu mendengaar cerita tadi. Aku baru 8 bulan
ditinggal suami, dengan 2 anak yang sudah remaja. Sementara ibu Dermawan itu 8
tahun berjuang seorang diri.
“mbak sampaikan salam saya ke ibu, saya pamit dulu ya. Nanti
lain waktu saya silaturrahmi lagi kesini.” Ucap ibu muda itu mantap. Didadanya
membara sebuah semangat untuk menjadi mulia dengan tidak meminta-minta.
Allah menyukai tangan diatas dari pada tangan dibawah.
***
Sahabat The Best, sekalipun kesulitan mendera mari kita berusaha untuk tidak menggantungkan diri pada belaskasihan orang lain, tidak mengandalkan bantuan orang lain, bisa jadi kita akan kecewa jika meminta pertolongan orang. Mungkin Bukan bantuan yang kita terima, akan tetapi aib kita terbuka lebar-lebar dimata banyak orang.
Sahabat The Best, minta tolonglah hanya pada Allah SWT, Sang Maha Pemberi Pertolongan. Bagaimanakah cara memintanya:
1. Perbaiki kualitas ibadah kita, agar tak malu saat meminta.
2. Bersungguh-sungguhlah dalam mendekatkan diri pada NYA
3. Mintalah terus menerus tanpa henti
4. milikilah mental memberi, bukan mental peminta-minta
Semoga bermanfaat.
BE THE BEST PERSON
SALAM THE BEST
FOLLOW MBAK NIEK @nikmahnursyam
0 comments:
Posting Komentar