Kamis, 23 Mei 2013

TANGAN DIATAS LEBIH MULIA DARI TANGAN DIBAWAH


Pagi  masih berkabut ketika seorang ibu muda dengan membawa kedua anaknya mengetuk pintu sebuah rumah.
     “Assalamu’alaikum……” teriak ibu muda sambil sesekali mengetuk pintu ukiran yang tinggi menjulang, mewah.
     “Assalamu’alaikum….” Teriaknya lagi demi tak mendengar tanda-tanda tuan rumah menjawab salamnya.
   “Sabar bu…” anak perempuan yang lebih muda dari antara kedua anak yang dibawanya  itu mengingatkan. 
Rumah Besar di depannya tampak gagah, “kapan punya rumah bagus kayak gini.” Gumamnya.
Tak sempat  berlama-lama melamunkan keinginanya, sampai tiba-tiba terdengar bunyi kaki melangkah dibalik pintu dalam rumah tersebut. Seorang wanita muda membukakan pintu rumah besar itu. Raut mukanya menampakkan keheran, melihat ketiga orang yang berdiri mematung di depan pintu.

“Wa’alaikumussalam….silahkan masuk.” Sapanya sambil membuka pintu lebar-lebar, “silahkan duduk.” Lanjutnya lagi sambil menunjuk deretan  kursi di ruang tamu tersebut.
Ramah sekali orang ini, belum  kenal sudah mempersilahkan masuk, gumam ibu muda.
Dengan agak malu-malu campur kikuk ibu muda dengan kedua putrinya melangkah masuk dan duduk dikursi empuk diruangan itu.
“mau bertemu dengan ibu?” sapa wanita muda yang mempersilahkannya masuk,”sebentar ya, ibunya sedang keluar sebentar mengantar tamu.” Jelasnya,”ibu dan adik-adik mau minum …….?”
“oh ga usah repot-repot” ibu muda itu menyela.
Tanpa mendengarkan penolakan ibu muda itu, perempuan muda yang adalah pembantu di rumah itu meninggalkan tamunya, bergegas kedapur untuk menyiapkan minuman. Tak berapa lama ia sudah keluar kembali keruang tamu dengan senampan minum dan cemilan.

“Ibu mengantar tamu kemana?”ibu muda mulai membuka percakapan dengan pembantu nan ramah itu.
“Kebandara, ada tamu dari luar kota yang menginap semalam disini bu.” Jawabnya, “ibu tidak keberatan kan menunggu, yah paling lama setengah jam kok.” Timpalnya lagi
“oh ga apa….ini anaknya ibu?”Tanya ibu muda itu, ketika tiga orang anak-anak kecil berumur kira-kira 6-7 tahunan melintasi ruang tamu dan dengan santun menghampirinya untuk menyalami.
“mereka anak asuh ibu, ada sepuluh anak yang tinggal disini. Kalau Anak kandung ibu ada 4, yang 2 ikut ke bandara, yang dua lagi boarding school.”terangnya

“Oh, suami ibu kerja dimana? Hebat ya sampai punya rumah besar begini.” Ada sedikit iri ketika mempertanyakan itu. “Maaf kalau pertanyaan saya kurang berkenan.”
“Oh tidak  apa apa, ibu sering kok dapat pertanyaan seperti itu, saya yang sering menerima tamu juga sering dapat pertanyaan begitu. Tidak apa. Karena seringnya tamu mempertanyakan suami ibu, maka saya juga diizinkan cerita tentang kehidupan ibu.”
Perempuan muda itu sepertinya sangat terlatih menerima tamu, tutur katanya halus, tindak tanduknya juga sopan. Wah, kalau pembantunya saja sopan, bagaimana dengan  pemilik rumahnya. gumam ibu  muda.
 
“Ibu single parent , sejak 12 tahun lalu.” Mata ibu muda itu terbelalak demi mendengar penjelasan wanita itu. “Bapak meninggal karena sakit saat anak-anak ibu masih kecil-kecil.”
Mengalirlah sebuah cerita yang tidak pernah diduganya sama sekali.
Seorang ibu dengan 4 anak yang masih dibawah umur, 8 bulan,  2 tahun, 4 tahun dan 5 tahun. Suaminya meninggal karena kanker ganas, seluruh harta habis untuk pengobatan suaminya, bahkan rumah satu-satunya yang mereka miliki harus rela dijual untuk membayar hutang rumah sakit. Tinggal dirumah petak kontrakan dengan 4 anak yg masih kecil-kecil. Ditahun pertama  setelah suaminya meninggal ia merelakan dirinya berjualan  kue keliling disore hari, pagi harinya mengambil pekerjaan cuci pakaian  dari tetangga-tetangga yang kaya dan dikerjakan dirumah kontrakannya. Rasa malu ia buang jauuuuuh. 8 tahun merasakan pahitnya dilecehkan, dipandang hina dan pedihnya menafkahi 4 anaknya. Tidak ada saudara yang mendekat, apalagi membantunya. Namun kegigihan dan semangat pantang mengeluh, mengantarkan sebuah peluang yang membawanya pada posisi seperti saat ini. Menjadi pengusaha wanita yang kaya dan dermawan. Hampir semua penduduk kota mengetahui kemasyhuran kedermawanan pengusaha wanita ini. Beliau sangat mudah memberi bantuan. bahkan dengar-dengar, setiap orang yang datang meminta bantuan tak pernah ditolaknya.

Ibu muda ini bergetar mendengar penuturan  wanita didepannya. Ya Allah ia datang kerumah ini, untuk mengeluhkan keadaanya yang baru 8 bulan lalu ditinggal suaminya. Ia datang kesini ingin mengadukan nasibnya pada ibu Dermawan, bahwa ia mulai sulit membayar uang sekolah. Ia datang kesini mengharap uluran tangan ibu dermawan membantu keuangannya.

Duh, ia malu mendengaar cerita tadi. Aku baru 8 bulan ditinggal suami, dengan 2 anak yang sudah remaja. Sementara ibu Dermawan itu 8 tahun berjuang seorang diri.
“mbak sampaikan salam saya ke ibu, saya pamit dulu ya. Nanti lain waktu saya silaturrahmi lagi kesini.” Ucap ibu muda itu mantap. Didadanya membara sebuah semangat untuk menjadi mulia dengan tidak meminta-minta.
Allah menyukai tangan diatas dari pada tangan dibawah.
***

Sahabat The Best, sekalipun kesulitan mendera mari kita berusaha untuk tidak menggantungkan diri pada belaskasihan orang lain, tidak mengandalkan bantuan orang lain, bisa jadi kita akan kecewa jika meminta pertolongan orang. Mungkin Bukan bantuan yang kita terima, akan tetapi aib kita terbuka lebar-lebar dimata banyak orang.
Sahabat The Best, minta tolonglah hanya pada Allah SWT, Sang Maha Pemberi Pertolongan. Bagaimanakah cara memintanya:
1. Perbaiki kualitas ibadah kita, agar tak malu saat meminta. 
2. Bersungguh-sungguhlah dalam mendekatkan diri pada NYA
3. Mintalah terus menerus tanpa henti
4. milikilah mental memberi, bukan mental peminta-minta


  

Semoga bermanfaat.

BE THE BEST PERSON



SALAM THE BEST

FOLLOW MBAK NIEK @nikmahnursyam

0 comments: