Rabu, 25 September 2013

CARA MELEPAS PIKIRAN NEGATIF



“jika pikiran negative yang kita tepiskan sedikit, kita akan mendapatkan sedikit kedamaian. Jika pikiran negative yang kita tepiskan cukup banyak, kita akan mendapatkan banyak kedamaian. Jika semua pikiran negative kita tepiskan, maka kita akan mendapatkan kedamaian sepenuhnya.”

          Setiap hari, sepanjang waktu kita dari bangun tidur hingga berangkat tidur lagi kita tak henti-hentinya dibombardir oleh hal-hal negative. Dari mulai media visual, audio  sampai dengan audio visual, sangat rajin menyapa keseharian kita dengan berita-berita yang sarat dengan muatan negative. Belum lagi ungkapan-ungkapan negative dari orang-orang disekitar kita. Mulai dari anak, pasangan hidup, orang tua sampai dengan teman-teman kantor. Bahkan rekan bisnis atapun sopir angkot juga terkadang menumbangkan kata-kata dan sikap negatife.

Maka tidak heran manakala kita juga akhirnya mempunyai program-program negative. Kata-kata kita, respon kita terhadap suatu kejadian, persepsi kita……berujung pada mental negative. Hiii….sereeeem.
Ketika  pikiran kita sarat dengan pemikiran-pemikiran negative, maka sejatinya kita sedang membuat jebakan untuk diri kita agar terperosok dalam lubang ketidakbahagiaan dan ketidaktenangan hidup.
Disebuah daerah di Kalimantan, penduduk aslinya mmemiliki cara untuk menangkap monyet liar yang menyerbu tanaman dan makanan simpanan mereka. Dengan menggunakan tempurung kelapa yang kosong. Tempurung kelapa dilubangi sebesar tangan monyet. Penduduk tersebut memasukkan kedalam tempurung sedikit beras sebagai umpan. Lalu tempurung diikatkan kedalam tanah. Si monyet pencuri karena mencium bau makanan serta merta dating untuk menyelidikinya. Dia memasukkan tangan kedalam tempurung itu untuk mengambil beras. Tetapi ketika dia berusaha menarik tangan keluar, usahanya itu gagal karena tangannya mengepal, menggenggam beras curian, sehingga tidak bisa ditarik keluar melalui lubang yang kecil itu. Untuk bisa melarikan diri , si Monyet harus rela melepaskan beras curiannya. Tetapi karena tidak mau melepaskannya monyet Kalimantan tetap masuk perangkap.
       Kebanyakan kita mirip monyet itu, terperangkap oleh pikiran negative karena kita tidak mau melepaskannya. Dan semakin kuat kita menahan pikiran itu. Semakin erat pula pikiran itu menempel dibenak kita.
             Mampukah kita melepaskan diri dari pikiran-pikiran negative?
             Seharusnya bisa. Everything is possible if you want, right?
Keinginan anda untuk melepas pikiran negative adalah sebuah modal awal untuk menuju langkah selanjutnya.
           Mungkin anda bertanya-tanya, semudah itukah? Ya, mudah jika kita berpikir mudah. Akan menjadi sulit, jika kita berpikir sulit.
Untuk lebih mempermudah cara anda merelease pikiran-pikiran negative tersebut, saya adopsikan dari sebuah buku tulisan Marci Shimoff dan Carol Kline ssebuah metode yang popular dengan nama metode SEDONA.
Metode ini ditemukan oleh seorang pengusaha sekaligus fisikawan sukses, Lester Levenson. Kesuksesannya dalam hal materi ternyata tidak membuatnya damai dan bahagia. Pikiran-pikiran negative membelenggu dirinya, sehingga mengakibatkan depresi dan penyakit-penyakit fisik> sebut saja Pembengkakan hati, gangguan pada ginjal, masalah pada limpa, tukak yang telah melubangi lambungnya dan melukai lambungnya. Padahal saat itu usianya baru 42 tahun.
Setelah menjalani operasi jantung koroner sebanyak 2 kali, para dokter yang menanganinya sepakat untuk memulangkan keapartemennya, agar tidak meninggal dirumah sakit. Pihak para medis menyerah dengan kondisi penyakitnya, dan memprediksikan usianya tinggal sebentar lagi.
Selama dipulangkan itulah Mr. Levenson, berpikir untuk tidak menyerah dengan penyakitnya. Menset ulang pikirannya dan kemudian menemukan metode yang terbukti bekerja baik untuk dirinya. Tiga bulan berturut-turut dipraktekkan metode ini, dan yang terjadi adalah kesembuhan dari penyakit-penyakit fisik sekaligus penyakit-penyakit pikiran. Hingga kemudian usianya mencapai 84 tahun.
Mula-mula buat diri anda nyaman dan berfokus pada pada diri anda ( kedalam diri anda ), sementara mata boleh terbuka, boleh juga dipejamkan. Tapi tidak terbuka terpejam lho ya alias merem melek.

1. Pusatkan perhatian pada suatu hal yang membuat Anda ingin merasa lebih baik tentang hal itu, lalu biarkanlah Anda merasakan apa yang Anda rasakan saat ini.

2. Tanyai diri sendiri: Dapatkah kutepis perasaan ini? Pertanyaan ini hanya menanyakan apakah mungkin tindakan ini dilakukan. jawabannya bisa "dapat" dan "tidak" dua-duanya bisa diterima.

3. tanyai diri sendiri pertanyaan sederhana ini: akankah kulepaskan ini? dengan kata lain: apakah aku bersedia melepaskannya? Jika jawabannya "tidak" atau jika Anda tidak yakin, tanyai diri sendiri: "Apakah aku lebih suka memiliki perasaan ini, atau apakah aku lebih suka merasa bebas?" Bahkan, sekalipun jawabannya tetap "tidak", tetap lanjutkan kelangkah berikutnya.
4. Tanyai diri sendiri pertanyaan yang lebih sederhana ini: "KAPAN?" Ini adalah ajakan untuk melepaskannya SEKARANG. Akan Anda dapati bahwa ternyata Anda dapat dengan mudah melepaskannya. Ingatlah, melepaskan adalah keputusan yang dapat Anda buat kapan saja sesuka hati Anda.
5. Ulangi keempat langkah diatas sesering yang diperlukan sampai Anda merasa terbebas dari perasaan tersebut.


Semoga Bermanfaat

mbak NIEK


sumber: 
buku dengan judul: Happy For No Reason. 7 steps to being happy from the inside out
by Marci  Shimoff
 

0 comments: