“jika pikiran negative yang kita tepiskan sedikit,
kita akan mendapatkan sedikit kedamaian. Jika pikiran negative yang kita
tepiskan cukup banyak, kita akan mendapatkan banyak kedamaian. Jika semua pikiran
negative kita tepiskan, maka kita akan mendapatkan kedamaian sepenuhnya.”
Setiap
hari, sepanjang waktu kita dari bangun tidur hingga berangkat tidur lagi kita
tak henti-hentinya dibombardir oleh hal-hal negative. Dari mulai media visual,
audio sampai dengan audio visual, sangat
rajin menyapa keseharian kita dengan berita-berita yang sarat dengan muatan
negative. Belum lagi ungkapan-ungkapan negative dari orang-orang disekitar
kita. Mulai dari anak, pasangan hidup, orang tua sampai dengan teman-teman
kantor. Bahkan rekan bisnis atapun sopir angkot juga terkadang menumbangkan
kata-kata dan sikap negatife.
Maka tidak heran manakala kita juga akhirnya mempunyai
program-program negative. Kata-kata kita, respon kita terhadap suatu kejadian,
persepsi kita……berujung pada mental negative. Hiii….sereeeem.
Ketika pikiran
kita sarat dengan pemikiran-pemikiran negative, maka sejatinya kita sedang
membuat jebakan untuk diri kita agar terperosok dalam lubang ketidakbahagiaan
dan ketidaktenangan hidup.
Disebuah daerah di Kalimantan, penduduk aslinya
mmemiliki cara untuk menangkap monyet liar yang menyerbu tanaman dan makanan
simpanan mereka. Dengan menggunakan tempurung kelapa yang kosong. Tempurung
kelapa dilubangi sebesar tangan monyet. Penduduk tersebut memasukkan kedalam
tempurung sedikit beras sebagai umpan. Lalu tempurung diikatkan kedalam tanah.
Si monyet pencuri karena mencium bau makanan serta merta dating untuk
menyelidikinya. Dia memasukkan tangan kedalam tempurung itu untuk mengambil
beras. Tetapi ketika dia berusaha menarik tangan keluar, usahanya itu gagal
karena tangannya mengepal, menggenggam beras curian, sehingga tidak bisa
ditarik keluar melalui lubang yang kecil itu. Untuk bisa melarikan diri , si
Monyet harus rela melepaskan beras curiannya. Tetapi karena tidak mau
melepaskannya monyet Kalimantan tetap masuk perangkap.
Kebanyakan
kita mirip monyet itu, terperangkap oleh pikiran negative karena kita tidak mau
melepaskannya. Dan semakin kuat kita menahan pikiran itu. Semakin erat pula
pikiran itu menempel dibenak kita.
Mampukah
kita melepaskan diri dari pikiran-pikiran negative?
Seharusnya
bisa. Everything is possible if you want, right?
Keinginan anda untuk melepas pikiran negative adalah
sebuah modal awal untuk menuju langkah selanjutnya.
Mungkin
anda bertanya-tanya, semudah itukah? Ya, mudah jika kita berpikir mudah. Akan
menjadi sulit, jika kita berpikir sulit.
Untuk lebih mempermudah cara anda merelease
pikiran-pikiran negative tersebut, saya adopsikan dari sebuah buku tulisan
Marci Shimoff dan Carol Kline ssebuah metode yang popular dengan nama metode
SEDONA.
Metode ini ditemukan oleh seorang pengusaha sekaligus
fisikawan sukses, Lester Levenson. Kesuksesannya dalam hal materi ternyata
tidak membuatnya damai dan bahagia. Pikiran-pikiran negative membelenggu
dirinya, sehingga mengakibatkan depresi dan penyakit-penyakit fisik> sebut
saja Pembengkakan hati, gangguan pada ginjal, masalah pada limpa, tukak yang
telah melubangi lambungnya dan melukai lambungnya. Padahal saat itu usianya
baru 42 tahun.
Setelah menjalani operasi jantung koroner sebanyak 2
kali, para dokter yang menanganinya sepakat untuk memulangkan keapartemennya,
agar tidak meninggal dirumah sakit. Pihak para medis menyerah dengan kondisi
penyakitnya, dan memprediksikan usianya tinggal sebentar lagi.
Selama dipulangkan itulah Mr. Levenson, berpikir untuk
tidak menyerah dengan penyakitnya. Menset ulang pikirannya dan kemudian
menemukan metode yang terbukti bekerja baik untuk dirinya. Tiga bulan
berturut-turut dipraktekkan metode ini, dan yang terjadi adalah kesembuhan dari
penyakit-penyakit fisik sekaligus penyakit-penyakit pikiran. Hingga kemudian
usianya mencapai 84 tahun.
Mula-mula buat diri anda
nyaman dan berfokus pada pada diri anda ( kedalam diri anda ), sementara mata
boleh terbuka, boleh juga dipejamkan. Tapi tidak terbuka terpejam lho ya alias
merem melek.
1. Pusatkan perhatian pada suatu hal yang membuat Anda ingin merasa lebih baik tentang hal itu, lalu biarkanlah Anda merasakan apa yang Anda rasakan saat ini.
2. Tanyai diri sendiri: Dapatkah kutepis perasaan ini? Pertanyaan ini hanya menanyakan apakah mungkin tindakan ini dilakukan. jawabannya bisa "dapat" dan "tidak" dua-duanya bisa diterima.
3. tanyai diri sendiri pertanyaan sederhana ini: akankah kulepaskan ini? dengan kata lain: apakah aku bersedia melepaskannya? Jika jawabannya "tidak" atau jika Anda tidak yakin, tanyai diri sendiri: "Apakah aku lebih suka memiliki perasaan ini, atau apakah aku lebih suka merasa bebas?" Bahkan, sekalipun jawabannya tetap "tidak", tetap lanjutkan kelangkah berikutnya.
4. Tanyai diri sendiri pertanyaan yang lebih sederhana ini: "KAPAN?" Ini adalah ajakan untuk melepaskannya SEKARANG. Akan Anda dapati bahwa ternyata Anda dapat dengan mudah melepaskannya. Ingatlah, melepaskan adalah keputusan yang dapat Anda buat kapan saja sesuka hati Anda.
5. Ulangi keempat langkah diatas sesering yang diperlukan sampai Anda merasa terbebas dari perasaan tersebut.
Semoga Bermanfaat
mbak NIEK
sumber:
buku dengan judul: Happy For No Reason. 7 steps to being happy from the inside out
by Marci Shimoff
0 comments:
Posting Komentar