Selasa, 24 September 2013

RINDU

     Saya menyambar bahu perempuan paruh baya itu, tepat ketika kedua kakinya mendarat di pintu gerbong kereta yang saya tumpangi. Dengan gesit saya membimbingnya duduk ditempat yang saya duduki. ~sudah menjadi hal yang lumrah, fasilitas angkutan umum kereta api saat ini menjadi moda transportasi favorit, mengingat harga tiketnya yang murah, kini juga bersih dan sering, hingga untuk mendapatkan tempat duduk di jam-jam sibuk memang sangat sulit. Diperlukan kegesitan untuk bisa mendapatkan tempat duduk yang nyaman. Maka tak heran jika kita akan melihat pemandangan mengerikan (menurut saya lho), saat penumpang kesulitan turun, karena desakan penumpang naik. Bagi Anda yang belum pernah mengalaminya, boleh juga sesekali naik kereta dijam sibuk, jam berangkat atau pulang kerja, lalu turunlah dipemberhentian akhir, atau satu stasiun sebelum akhir. Amazing deh. Seru. jika Anda dalam posisi sebagai penumpang yang hendak turun, maka dijamin Anda akan segera terdorong oleh kerumunan orang yang berlomba-lomba menaiki gerbong kereta. Pernah suatu kali saya memarahi calon penumpang yang didominasi kaum perempuan, karena mereka tanpa ampun mendorong ibu muda yang sedang kepayahan keluar dengan menggendong putri kecilnya, bisa dibayangkan bagaimana rasanya terjepit begitu banyak penumpang dengan anak kecil dalam gendongan.~

     "Terima kasih mbak," ucap perempuan paruh baya itu, saya membantunya mendudukkan putranya disamping beliau. Hebat batin saya, tanpa tongkat ia membawa putra kecilnya naik kereta.
     "Mau kemana bu?" tanya saya membuka percakapan, saya berdiri bergelantungan didepannya. Rasanya saya masih cukup kuat dibandingkan beliau, untuk berdiri sekitar 1 jam dalam kereta ini.
      "Jombang mbak." jawabnya, "kok mbak jadi berdiri." katanya pula, saya tersenyum sambil memegang bahunya,"ga pa pa bu." saya sudah beberapa stasiun duduk kok, gantian."
     Lelaki muda disamping ibu Juairiyah -wanita tunanetra paruh baya yang kini menempati tempat duduk saya- melirik kearah saya seperti hendak menawarkan tempat duduknya tapi sungkan. Entah apa yang ada dalam pikirannya, apakah dia sedang menimbang-nimbang kapan waktu yang tepat untuk memberikan tempat duduknya :D atau dia sudah terlanjur malu karena dia yang lebih muda dari saya tidak berinisiatif menawarkan tempat duduknya pada yang lebih layak. Dan benar saja, setelah terlihat gelisah, tak lama kemudian ia berdiri dan mempersilahkan saya duduk.
       Kita akan sering mendapati pemandangan model ini diangkutan publik, entah kereta, bus atau yang lainnya. Tak jarang seorang pemudi atau pemuda yang sehat, segar bugar, duduk dan pura-pura tidur sementara didepannya berdiri wanita hamil besar. Bahkan pernah segerombolan siswa sekolah menengah atas, yang asyik bercanda didalam kereta dalam satu baris tempat duduk, sementara didepannya berdiri seorang nenek tua (kalau nenek sudah pasti tua ya... he he he) . Atau ada yang pura-pura sibuk dengan Gadgetnya, hingga tak sempat melihat kondisi disekitarnya, tak melihat ada yang membutuhkan pertolongnannya.

Dimanakah Empati?
Apakah keprihatinan saya sama dengan keprihatinan Anda juga? Rindunya menyaksikan pemuda/i membantu menurunkan barang bawaan orang yang sudah tua. Rindunya menyaksikan anak-anak muda yang menyebrangkan jalan para orangtua. Rindu menyaksikan anak-anak muda yang mengutamakan para orangtua.




0 comments: