Senin, 18 November 2013

DIHADAPANNYA SEMUA SAMA



Aku mengedarkan pandangan kesekelilingku. Subhanallah, tubuh kecil ini diantara jutaan manusia.  Dengan berbagai ras, dan  warna kulit, berbaur menjadi satu. Tubuh kecil ini semakin terasa keciiil diantara tubuh-tubuh tinggi besar disekitarku. 

Hmmm ….Tidak ada direktur disini, tidak juga CEO perusahaan multinasional. Tidak terlihat sosok manager disini, tidak juga staf biasa. Tidak ada majikan disini, tidak juga pembantu. Semua sama, dalam balutan kain serba putih. Tak ada yang bisa membedakan ia pengusaha sukses atau Office Boy disebuah perusahaan kecil. Tak ada label, ia pejabat kondang dinegaranya atau hanya tukang sol sepatu. Tak ada perlakuan khusus, apakah ia seorang artis tercantik/terganteng sekalipun, atau hanya pembantu rumah tangga biasa. Dan sekalipun di negaraku aku dihormati, diistimewakan, dibukakan pintu saat hendak masuk dan keluar mobil, dipilihkan maskapai penerbangan ternyaman untuk mengantarku sampai tujuan, dipilihkan hotel terbaik saat diundang kesebuah kota, dipilihkan restoran terbaik untuk menjamuku dan selalu disiapkan segala keperluan oleh asisten pribadiku. Namun  tidak untuk disini, di miniatur akhirat ini. Aku bukan lagi siapa-siapa disini, aku bukan apa apa, tak akan ada yang perduli siapa aku, tak melekat sebuah tanda keistimewaan pada diriku. Sekali lagi, disini kita semua sama. Hanya yang amal perbuatannya baiklah yang akan mendapati perjalanan ibadahnya istimewa, manis tanpa hambatan.
Seringkali arogansi dipertontonkan  dalam keseharian kita.  Jika kita orangtua yang menginginkan kepatuhan dari anak-anak kita, maka arogansi sebagai orangtua keluar melalui ancaman, tekanan dan pemboikotan. Jika kita majikan, arogansi kita keluar dalam bentuk sikap kasar atau kata-kata merendahkan. Jika kita orang terpandang, arogansi kita keluar dalam bentuk sikap meremehkan. Jika kita orang kaya raya, arogansi kita bisa keluar dalam bentuk pemberian santunan yang mencabik-cabik harga diri yang diberi bantuan. Dan masiih banyak lagi arogansi-arogansi yang diperlihatkan dalam banyak situasi disekeliling kita.
Dan pesan ibadah haji, menjungkir balikkan kearogansian tersebut. Betapa kita, dengan berbagai macam latar belakang di hadapan Allah SWT sama. Tak ada alasan keistimewaan kecuali bagi hamba-hambaNYA yang benar-benar TOTAL melakukan pendekatan padaNYA, dalam suka maupun duka, dalam kelapangan maupun kesempitan, dalam sehat maupun sakit, dalam segala situasi. Bukan hanya ketika sakit saja mendekat, atau ketika terhimpit hutang saja baru tersungkur di atas sajadahnya, atau ketika dalam kesulitan baru merapat padanya (walaupun tidak salah apa yang dilakukannya itu).
Seharusnya tidak hanya saat menunaikan ibadah haji saja kita menyadari ke papaan kita, kekerdilan kita dihadapan kekuasaanNYA. Tidak hanya “disana” saja kita mampu rendah hati, saat dihamparkan gambaran betapa kecilnya kita. Seyogyanya Saat kita meninggalkan negeri tempat diutusnya Rasululloh SAW itulah  mustinya kita membawa semangat perubahan yang nyata, yang akan kita terapkan di rumah kita, di lingkungan kita, di kantor kita, dimanapun kita berada. Sepulang dari sana semestinya kita semakin menyadari bahwa kita hanya mampir sebentar di dunia ini, untuk kemudian kembali ke alam keabadian, dan yang bisa menyelamatkan kita adalah Rahmat Allah disebabkan ibadah-ibadah kita. Bahwa arogansi, kesombongan dan keangkuhan hanya akan membawa kita pada kerugian yang kekal.
Betapa agungnya pesan yang disampaikan dalam indahnya ibadah haji. 
Sahabat The Best, yuk kita ingat-ingat, bagaimanakah sikap kita selama ini? Bagi Anda yang sudah menunaikan ibadah haji, apakah anda masih marah jika tak dipanggil bu haji atau pak haji? Apakah sikap Anda sudah mencerminkan keagungan sikap seorang Muslim yang Taat? Apakah Anda telah menggantikan dendam, kebencian dengan rasa cinta dan kasih sayang, seperti pesan yang dibawa dalam ibadah haji?
Dan Bagi Anda yang belum berangkat “kesana”, sudahkah Anda memantaskan diri untuk memenuhi panggilanNYA? 


Semoga Bermanfaat
Be The Best Person
mbak Niek

0 comments: